Akankah ini benar-benar terjadi dalam dua musim?

Pergantian belahan bumi berarti bahwa beberapa tim mungkin akan mengalami skenario aneh dengan bermain di dua musim berbeda pada Piala Dunia yang sama.

Mereka yang akan tampil di salah satu dari tiga pertandingan pembukaan di Amerika Selatan sebelum melanjutkan sisa turnamen mereka di Eropa atau Afrika Utara – akan beralih dari musim dingin ke musim panas dalam hitungan hari.

Pada bulan Juni, Uruguay mengalami suhu rata-rata sejuk antara 8C dan 15C di musim dingin, sementara pada saat yang sama suhu di Maroko bisa mencapai di atas 30C.

Negara tetangganya, Argentina, memiliki suhu yang sama dengan Uruguay, sedangkan di utara, Paraguay memiliki rata-rata suhu tertinggi 23C.

Namun suhu tersebut masih jauh lebih dingin dibandingkan musim panas yang diperkirakan terjadi di beberapa wilayah Spanyol dan Portugal, seperti Maroko, yang memiliki rata-rata suhu maksimum harian sekitar 35 derajat Celcius pada bulan Juli.

Bagaimana dengan isu seputar perjalanan, penjadwalan & lingkungan?

Rincian pelaksanaan Piala Dunia 2023 lebih lanjut akan diungkapkan pada waktunya.

Tetapi, jelas akan diperlukan perjalanan ekstra yang signifikan bagi semua yang terlibat – termasuk para penggemar yang ingin menyaksikan tim mereka berlaga.

Segala perencanaan untuk acara tersebut harus ditunda sampai informasi seputar tuan rumah dan jadwalnya dirilis.

Jika hal ini terjadi, perpindahan yang diperlukan antar benua dan antar negara akan memakan biaya yang sangat besar.

Penjadwalannya juga bisa menjadi masalah bagi mereka yang menonton dari jauh, tentunya pada tahap awal, dengan perbedaan waktu lima jam antara Paraguay dan Spanyol.

Hal ini memberikan kendala tambahan bagi para pemain yang bertarung di pertandingan pembukaan di Amerika Selatan, dengan waktu penerbangan rata-rata sekitar 13 jam antara Argentina dan Spanyol.

Perjalanan ekstra ini juga menimbulkan pertanyaan mengenai komitmen FIFA terhadap isu keberlanjutan (sustainability) setelah mereka mengeklaim bahwa Piala Dunia di Qatar 2022 akan karbon netral, yang disebut “berbahaya dan menyesatkan” oleh para aktivis lingkungan hidup.

Berdasarkan perkiraan badan sepak bola dunia itu sendiri, Piala Dunia 2026 – yang diprediksi akan menghasilkan potensi peningkatan keuntungan mencapai hampir Rp10 triliun (£521 juta) – akan menjadi turnamen dengan emisi paling besar yang pernah diselenggarakan.

Presiden FIFA Gianni Infantino mengatakan keputusan untuk memperluas Piala Dunia didorong oleh kebutuhan agar turnamen tersebut “lebih inklusif” dan “sama sekali bukan perebutan uang hingga kekuasaan”.

FIFA mengatakan kepada BBC Sport bahwa pihaknya "sepenuhnya menyadari bahwa perubahan iklim adalah salah satu tantangan paling mendesak di zaman kita dan percaya bahwa hal ini mengharuskan kita untuk segera mengambil tindakan iklim yang berkelanjutan".

Ia menambahkan: "FIFA juga sepenuhnya menyadari dampak dari peristiwa besar terhadap perekonomian, lingkungan alam dan masyarakat serta komunitas, dan telah melakukan upaya besar untuk mengatasi dampak tersebut."

Badan penyelenggara mengatakan pihaknya "akan menerapkan strategi keberlanjutan yang kuat untuk acara tersebut.

FIFA akan melakukan segala kemungkinan untuk memaksimalkan pengalaman tim, penggemar, dan ofisial sambil meminimalkan dampak terhadap lingkungan."

diselenggarakan di enam negara: Spanyol, Portugal, Maroko, Uruguay, Argentina, dan Paraguay. Keputusan diambil dalam kongres federasi anggota FIFA, menandai pertama kalinya Piala Dunia digelar di tiga benua sekaligus (Eropa, Afrika, dan Amerika Selatan).

Meskipun enam negara menjadi tuan rumah, hanya satu negara yang akan menyelenggarakan pertandingan final. Tiga stadion utama bersaing mendapatkan kehormatan tersebut: Estadio Santiago Bernabeu di Madrid,  Camp Nou di Barcelona,  dan Grand Stade Hassan II di Casablanca.

Spanyol, yang telah lama berambisi menjadi tuan rumah Piala Dunia 2030,  menginginkan final digelar di Santiago Bernabeu, stadion milik Real Madrid, seperti yang terjadi pada Piala Dunia 1982. Camp Nou,  stadion milik Barcelona, dengan kapasitas 105.000 penonton, juga menjadi pilihan alternatif, meskipun kemungkinan besar akan menjadi tempat semifinal.

Maroko juga berambisi menjadi tuan rumah final di Casablanca, di stadion baru yang akan menjadi stadion terbesar di dunia dengan kapasitas 115.000 penonton. Namun, stadion ini masih dalam tahap pembangunan dan belum dipastikan akan terpilih.

Sementara itu, Portugal memiliki tiga stadion yang siap menjadi tuan rumah: Estadio do Dragao di Porto,  Estadio Jose Alvalade di Sporting Lisbon, dan Estadio da Luz di Benfica. Ketiga stadion ini memiliki kapasitas kurang dari 80.000 penonton, dengan Estadio da Luz menjadi yang terbesar dengan kapasitas sekitar 85.000.

FIFA masih akan menentukan jumlah pertandingan yang akan dimainkan di masing-masing negara tuan rumah. Penawaran yang diajukan keenam negara mencakup total 20 stadion. Menurut sumber terpercaya, kedekatan Presiden Real Madrid, Florentino Perez dengan Presiden FIFA Gianni Infantino, diperkirakan akan menjadi faktor penting dalam menentukan stadion final.

Pilihan final Piala Dunia 2030 masih menjadi misteri. Namun, Santiago Bernabeu di Madrid tetap menjadi unggulan kuat untuk menjadi tuan rumah pertandingan puncak turnamen sepak bola paling bergengsi di dunia tersebut.

RABAT, 10 Disember- Selepas berdekad mencuba, impian Maghribi untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2030 akhirnya tertunai selepas diumumkan sebagai tuan rumah bersama Sepanyol dan Portugal.

Negara Afrika Utara itu berharap acara terbesar bola sepak dunia tersebut bakal melonjakkan imej antarabangsa dan ekonominya.

Sebelum ini, Maghribi telah melakukan lima bidaan untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia termasuk pada 2026 dan paling hampir adalah pada 2010.

Namun, Maghribi dikecewakan oleh Afrika Selatan.

"Ini adalah peluang terbaik untuk mempercepatkan pertumbuhan ekonomi Maghribi, mencipta pekerjaan, dan meningkatkan sektor pelancongan," kata Fouzi Lekjaa, Ketua Jawatankuasa Piala Dunia 2030 Maghribi.

Susulan itu, Kerajaan Maghribi telah mengumumkan pelan besar-besaran untuk memodenkan infrastruktur di enam bandar tuan rumah: Rabat, Casablanca, Fes, Tangier, Marrakesh, dan Agadir.

Projek tersebut termasuk memperbesar lapangan terbang, jalan raya, rangkaian pengangkutan, serta meningkatkan perkhidmatan hotel dan komersial.

Enam stadium di bandar-bandar tersebut sedang menjalani kerja-kerja penambahbaikan, manakala stadium baharu berkapasiti 115,000 tempat duduk berhampiran Casablanca, dengan kos 480 juta euro (RM2.57 bilion), akan dibina untuk perlawanan akhir.

Menurut ahli sosiologi Abderrahim Bourquia, penambahbaikan infrastruktur ini bukan sahaja membawa manfaat ekonomi, tetapi juga memberikan keyakinan global kepada Maghribi.

Minat Maghribi terhadap bola sepak antarabangsa bermula selepas kejayaan mereka di Piala Dunia 1986, apabila menjadi negara Afrika dan Arab pertama mara ke pusingan kalah mati. Kejayaan itu mencetuskan idea menggunakan bola sepak sebagai platform untuk meningkatkan reputasi negara.

Maghribi turut menggunakan bola sepak untuk mengeratkan hubungan diplomatik, terutamanya di Afrika. Sejak 2017, negara itu telah menandatangani kira-kira 44 perjanjian kerjasama dengan Persekutuan Bola Sepak Afrika.

Kejayaan pasukan berkenaan ke separuh akhir Piala Dunia 2022 meningkatkan harapan untuk membangunkan lebih ramai pemain berbakat. Namun, dengan populasi 38 juta, negara ini hanya mempunyai 90,000 pemain berdaftar.

Persekutuan Bola Sepak Maghribi bekerjasama dengan Kumpulan OCP, pengeluar fosfat milik kerajaan, untuk membiayai pusat latihan baharu. Pelaburan ini bertujuan melahirkan generasi baharu yang mampu mengikut jejak langkah bintang seperti Achraf Hakimi dari Paris Saint-Germain.

Terdahulu, Persekutuan Bolasepak Dunia (FIFA) pada Ahad membuat pengumuman mengejut setahun lebih awal berbanding dirancang, apabila memilih Maghribi, Portugal dan Sepanyol sebagai penganjur kejohanan pada 2030. FIFA turut mengumumkan Uruguay, Argentina dan Paraguay juga akan menjadi tuan rumah satu perlawanan bagi meraikan ulang tahun ke-100 kejohanan. -REUTERS

Jenewa (ANTARA) - Kongres Luar Biasa FIFA (Extraordinary FIFA Congress) pada Rabu (11/12) mengumumkan Maroko, Portugal, dan Spanyol sebagai tuan rumah Piala Dunia 2030, serta Arab Saudi sebagai tuan rumah Piala Dunia 2034.

Pertemuan virtual yang dihadiri oleh seluruh 211 Asosiasi Anggota FIFA tersebut juga mengumumkan bahwa tiga pertandingan dalam edisi 2030 akan digelar di Argentina, Paraguay, dan Uruguay, dengan satu pertandingan untuk masing-masing negara, untuk merayakan seratus tahun penyelenggaraan Piala Dunia.

"Penunjukan tuan rumah Piala Dunia FIFA edisi 2030 dan 2034 ini mengakhiri proses bidding cermat yang dimulai pada Oktober 2023 setelah pengajuan yang disepakati secara penuh yang dilakukan oleh Dewan FIFA dan didukung oleh semua konfederasi, dengan tujuan untuk menciptakan keselarasan dan rotasi antarkonfederasi terkait siklus tuan rumah turnamen," kata FIFA.

"Di dunia yang terpecah saat ini, di mana tampaknya tidak ada lagi yang bisa sepakat mengenai apa pun, mampu menyepakati sesuatu seperti itu jelas merupakan pesan persatuan dan kepositifan yang luar biasa. Dan kita membutuhkan pesan-pesan seperti ini di era ini," kata Presiden FIFA Gianni Infantino.

Kongres Luar Biasa FIFA juga menyetujui prinsip-prinsip anggaran untuk Piala Dunia Antarklub 2025 guna menginvestasikan kembali seluruh pendapatan yang dihasilkan untuk sepak bola di level klub.

Penerjemah: XinhuaEditor: Alviansyah Pasaribu Copyright © ANTARA 2024

FEDERASI Sepakbola Dunia (FIFA) resmi mengumumkan tuan rumah Piala Dunia 2030 dan 2034 dalam Kongres Luar Biasa (KLB) yang dilakukan secara online pada Rabu, 11 Desember 2024. Hasilnya, Piala Dunia 2030 dilaksanakan di tiga benua berbeda yang melibatkan enam negara, yakni Maroko (Afrika), Portugal (Eropa), Spanyol (Eropa), Argentina (Amerika Selatan), Uruguay (Amerika Selatan) dan Paraguay (Amerika Selatan).

Tuan rumah utama pada Piala Dunia 2030 sejatinya Maroko, Spanyol dan Portugal. Mereka terpilih sebagai tuan rumah selain karena fasilitas mumpuni, Jarak geografis di antaranya ketiganya terjangkau, mengingat sangat berdekatan satu sama lain.

(Timnas Spanyol tuan rumah Piala Dunia 2030. (Foto: X/@sefutbol)

Bagaimana dengan Argentina, Uruguay dan Paraguay? Mereka hanya akan menjadi tuan rumah di satu pertandingan. Argentina, Uruguay dan Paraguay ditunjuk sebagai tuan rumah satu pertandingan Piala Dunia 2030 (tepatnya di laga pertama fase grup) untuk memperingati 100 tahun penyelenggaraan Piala Dunia.

Sekadar diketahui, Piala Dunia pertama kali digelar pada 1930. Saat itu, Uruguay terpilih sebagai tuan rumah dan juga keluar sebagai juara setelah menang 4-2 atas Argentina.

Meski hanya menggelar satu pertandingan, wakil-wakil Amerika Selatan dilarang FIFA untuk mengajukan bidding tuan rumah Piala Dunia 2034. Sebab, FIFA melakukan rolling setelah Piala Dunia 2022 digelar di Qatar (Asia) dan 2026 di Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko (CONCACAF), Piala Dunia 2034 hanya akan dilangsungkan di Asia atau Oseania.

Sampai akhir batas pendaftaran, hanya Arab Saudi yang maju sebagai tuan rumah Piala Dunia 2034. Alhasil, negara kaya raya itu terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia 2034.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Arab Saudi mesti berbenah jelang menjadi tuan rumah Piala Dunia 10 tahun mendatang. Tak hanya membangun fasilitas seperti stadion kelas dunia, Timnas Arab Saudi juga mesti bersolek.

(Timnas Indonesia saat menang 2-0 atas Arab Saudi. (Foto: Aldi Chandra/MPI)

Sebab, Green Falcons -julukan Timnas Arab Saudi- saat ini kesulitan untu sekadar lolos ke Piala Dunia 2026. Bahkan di laga terakhir mereka, skuad asuhan Herve Renard itu kalah dari tim peringkat 124 dunia, Timnas Indonesia, dengan skor 0-2 di matchday keenam Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.

“Tujuh negara telah terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia hari ini. Selamat kepada Uruguay, Argentina, Paraguay Maroko, Portugal, Spanyol dan Arab Saudi. Ini adalah hari kalian jadi kalian harus merayakannya,” kata presiden FIFA Gianni Infantino, Okezone mengutip dari laman resmi FIFA, Kamis (12/2/2024).

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari

tirto.id - Daftar tuan rumah Piala Dunia edisi 2030 dan 2034 sudah diumumkan oleh FIFA dalam kongres yang digelar secara virtual pada Rabu (11/12/2024). Untuk Piala Dunia 2030, terdapat 3 negara utama yang akan berstatus sebagai penyelenggara, yaitu Spanyol, Portugal, dan Maroko, ditambah Argentina, Paraguay, dan Uruguay. Sementara itu, tuan rumah Piala Dunia 2034 adalah tuan rumah tunggal, Arab Saudi.

Keputusan Arab Saudi tuan rumah Piala Dunia 2034 menjadi kejutan tersendiri dari FIFA. Pasalnya, slot penyelenggara Piala Dunia untuk Asia (AFC) terakhir diambil oleh Qatar di Piala Dunia 2022. Kini, berselang 12 tahun, Asia, lebih tepatnya Timur Tengah, kembali berhak menjadi tuan rumah event sepak bola terbesar sejagad.

Ini menandai kali ketiga Piala Dunia digelar di Asia, setelah Jepang-Korea Selatan (2002) dan Qatar (2022). Ini juga sekaligus kali kedua Piala Dunia dimainkan di kawasan Timur Tengah.

Terkait Piala Dunia 2030, jatah tuan rumah diberikan kepada Spanyol (UEFA), Portugal (UEFA), dan Maroko (CAF, Afrika). Berikut tambahan 1 laga pada PD 2030 yang akan digelar masing-masing di Argentina, Paraguay, dan Uruguay (ketiga CONMEBOL), dengan alasan perayaan 100 tahun FIFA World Cup. Ini akan jadi Piala Dunia yang unik karena digelar di 3 konfederasi berbeda.

“Tujuh negara telah memenangkan [kesempatan menjadi tuan rumah] Piala Dunia mereka hari ini [dalam kongres]. Selamat kepada Uruguay, Argentina, Paraguay, Maroko, Portugal, Spanyol, dan Arab Saudi. Ini adalah hari kalian. Jadi Anda harus merayakannya dan kami, kami merayakannya, tentu saja, bersama Anda,” kata Presiden FIFA, Gianni Infantino, dilansir dari laman badan bola dunia tersebut.

Peresmian Arab Saudi sebagai tuan rumah PD 2034, serta 6 negara lain sebagai tuan rumah PD 2030, disaksikan setidaknya oleh sebanyak 211 anggota FIFA yang hadir dalam kongres.

“Dan Anda, 211 Asosiasi Anggota FIFA yang dapat saya lihat di layar raksasa di hadapan saya, Anda menyatukan dunia. Anda benar-benar menyatukan dunia, melalui sepak bola, karena, tentu saja, sepak bola menyatukan dunia," ucap Infantino.

Piala Dunia 2030: Enam negara tuan rumah, lima zona waktu, dan tiga benua dalam satu turnamen

Enam negara. Lima zona waktu. Tiga benua. Dua musim yang berbeda. Satu turnamen, yaitu Piala Dunia 2030.

Usulan rencana perhelatan Piala Dunia tahun 2030 – yang akan digelar di Amerika Selatan, Afrika, dan Eropa – sulit dibayangkan menjadi sebuah kenyataan.

Jika terlaksana, ini akan menjadi pertama kalinya bagi kompetisi sepak bola antarnegara terbesar di dunia itu dimainkan di lebih dari satu benua.

Tahun 2002 menjadi yang pertama penyelenggaraan Piala Dunia digelar di lebih dari satu tuan rumah, yaitu di Korea Selatan dan Jepang.

Hal tersebut akan berubah ketika Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada menjadi tuan rumah pada tahun 2026 – namun apa yang dilakukan itu tidak akan menyamai skala pada Piala Dunia 2030.

Spanyol, Portugal dan Maroko ditunjuk sebagai tuan rumah bersama, namun tiga pertandingan pembukaan akan berlangsung di Uruguay, Argentina dan Paraguay – untuk menandai ulang tahun keseratus Piala Dunia.

Tapi bagaimana semuanya akan berjalan? Dan apa dampaknya bagi para pemain dan penggemar sepak bola di penjuru dunia?

BBC Sport membahas isu-isu utama terkait Piala Dunia 2030.

Daftar Tuan Rumah Piala Dunia dari Tahun ke Tahun

Asia 3 kali terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia. Di antaranya, Piala Dunia 2002 di Korea Selatan dan Jepang, Piala Dunia 2022 di Qatar, serta Piala Dunia 2034 di Arab Saudi mendatang. Berikut daftar tuan rumah Piala Dunia dari masa ke masa:

Bisakah satu negara menggelar Piala Dunia yang diikuti 48 tim?

Uruguay, Paraguay dan Argentina. Masing-masing negara itu akan menjadi tuan rumah satu pertandingan di awal turnamen Piala Dunia 2030 mendatang, untuk menandai 100 tahun kompetisi ini yang pertama kali diadakan di Montevideo.

Ibukota Uruguay itu akan menggelar pertandingan pembuka pada tahun 2030, dan disusul pertandingan di Argentina dan Paraguay.

Sisa laga turnamen yang diikuti 48 tim tersebut akan berlangsung di Afrika bagian utara dan Eropa.

Artinya, setelah pertandingan awal di Amerika Latin itu selesai, turnamen akan dibagi ke tiga negara – seperti yang direncanakan untuk Piala Dunia 2026.

Bukan hanya itu, negara peserta Piala Dunia juga akan ditambah menjadi 48 tim, yang untuk pertama kalinya diselenggarakan pada Piala Dunia 2026 di 16 kota tuan rumah AS, Meksiko, dan Kanada.

Hal ini, seiring dengan keputusan FIFA untuk mempertahankan format grup yang terdiri dari empat tim, berarti jumlah pertandingan akan bertambah dari 80 menjadi 104, bersamaan dengan diperkenalkannya babak 32 besar yang baru.

Meskipun hanya satu dari 22 pelaksanaan Piala Dunia sebelumnya yang memiliki lebih dari satu negara tuan rumah, peningkatan skala turnamen ini memiliki arti bahwa penawaran dari multi-negara mungkin menjadi lebih menarik bagi calon negara tuan rumah.

'Mimpi buruk logistik' - bagaimana rasanya bagi para penggemar?

Piala Dunia selalu identik dengan negara tuan rumah, rangkaian pertujukan di acara tersebut, dan kesempatan bagi para tim dan penggemar untuk terlibat dalam budaya yang lebih luas.

Dengan adanya beberapa negara tuan rumah – keenam negara tersebut akan menerima tiket otomatis menjadi peserta Piala Dunia – kemungkinan besar banyak negara akan memiliki pengalaman berbeda di turnamen yang sama.

Jika proposal tersebut disetujui pada kongres FIFA tahun depan, Maroko akan menjadi negara Afrika kedua yang menjadi tuan rumah setelah Afrika Selatan pada tahun 2010.

Portugal akan menjadi tuan rumah untuk pertama kalinya, sementara Spanyol belum pernah lagi menjadi tuan rumah sejak tahun 1982.

Namun, apakah kegembiraan bagi mereka yang ingin menyaksikan secara langsung pertandingan itu dipengaruhi oleh skala dan biaya yang terkait dengan turnamen mendatang?

“Bagi seorang penggemar, ini akan menjadi mimpi buruk secara logistik,” kata penggemar sepak bola Inggris Garford Beck, yang melakukan perjalanan untuk menonton tim di turnamen besar, mengatakan kepada BBC Radio 5 Live.

“Sungguh mengerikan di Rusia, perjalanan dari Moskow ke Samara untuk perempat final memakan waktu 18 jam sekali jalan dengan kereta.

“Saya pikir apa yang tidak mereka pahami adalah bahwa para penggemar tidak menyukai turnamen di dua negara, apalagi di tiga hingga enam negara.”

FIFA akan mengumumkan tuan rumah Piala Dunia 2030 dan 2034 dalam Kongres Luar Biasa yang digelar secara virtual hari ini, Rabu (11/12).

Kongres Luar Biasa FIFA untuk mengumumkan tuan rumah Piala Dunia 2030 dan 2034 akan dimulai pukul 21.00 WIB. Keputusan FIFA terkait tuan rumah Piala Dunia 2030 dan 2034 di Kongres Luar Biasa hari ini dianggap hanya formalitas.

Pasalnya pada Oktober 2023, FIFA menyatakan tidak ada tawaran yang bersaing untuk kedua turnamen tersebut. Piala Dunia 2030 hampir pasti digelar di tiga benua dengan Maroko, Spanyol, dan Portugal menjadi tuan rumah utama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Piala Dunia 2030 rencananya juga akan menggelar pertandingan di Argentina, Paraguay, dan Uruguay untuk memperingatkan 100 tahun Piala Dunia FIFA. Alhasil, Piala Dunia 2030 akan digelar di tiga benua.

Sementara untuk Piala Dunia 2034, hingga batas pendaftaran calon tuan rumah, hanya Arab Saudi yang memenuhi berkas. Pada 30 November lalu, atau 13 hari menjelang penetapan resmi oleh FIFA, laporan evaluasi kembali dirilis. Hasilnya, pengajuan Arab mendapat nilai 4,2 dari 5.

Ini merupakan nilai tertinggi yang diberikan FIFA dalam proses bidding tuan rumah Piala Dunia. Hal ini jadi indikasi kuat bahwa Arab Saudi akan jadi tuan rumah Piala Dunia 2034.

Soal waktu pelaksanaan Piala Dunia 2034, belum menjadi pembahasan. Ada potensi berlangsung di November-Desember, seperti Piala Dunia 2022 di Qatar. Namun, dalam sejumlah laporan, disebutkan bahwa pemerintah Arab Saudi tetap ingin Piala Dunia 2034 digelar pada musim panas, yakni Juni-Juli.

Dalam Kongres Luar Biasa FIFA 2024 ini, nantinya 210 pemilik suara akan menentukan pilihan akan menyetujui, menolak, atau abstain. Tuan rumah minimal harus mendapat 106 suara.

Alasan Arab Saudi Tuan Rumah Piala Dunia 2034 & Kontroversi

FIFA menjelaskan, penetapan Arab Saudi sebagai tuan rumah Piala Dunia 2034, telah mempertimbangkan siklus rotasi. Dalam kata lain, FIFA memberikan giliran ‘semacam arisan’, supaya tiap-tiap benua mendapatkan jatah untuk menjadi tuan rumah.

Piala Dunia 2026 digelar di Amerika Utara dengan 3 negara sekaligus menjadi tuan rumah yaitu Amerika Serikat (AS), Kanada, dan Meksiko. Dengan demikian, edisi berikutnya pada 2030 dan 2034, digelar di luar benua Amerika Utara.

Selanjutnya, edisi 2030 digelar di 3 benua sekaligus, masing-masing dengan Spanyol dan Portugal (Eropa) serta Maroko (Afrika). Ditambah dengan laga anniversary di Uruguay, Argentina, dan Paraguay (Amerika Selatan). Dengan begitu, Piala Dunia 2034 digelar di luar benua Amerika Utara (jatah 2026), serta di luar Eropa, Afrika, dan Amerika Selatan (jatah 2030).

Dari slot yang diisi di 2026 dan 2030, maka edisi 2034 hanya menyisakan 2 benua yang berhak mendapatkan giliran, yaitu Asia dan Oseania. Arab yang mewakili Asia akhirnya terpilih dengan pertimbangan itu.

“Untuk memberikan keselarasan dan rotasi antara konfederasi terkait siklus penyelenggaraan turnamen,” tulis FIFA dalam rilisnya.

Namun, siklus rotasi pemilihan tuan rumah Piala Dunia oleh FIFA tersebut, diendus mengandung kejanggalan oleh media-media barat. BBC dalam tulisannya yang diperbarui Kamis (12/12) misalnya, menduga ketidakberesan ketika FIFA menunjuk 3 benua sekaligus di Piala Dunia 2030.

“Para kritikus yakin proses ini justru membuka jalan bagi Saudi, dengan menetapkan bahwa Piala Dunia 2030 akan diselenggarakan di 3 benua (Spanyol, Portugal, dan Maroko menjadi tuan rumah bersama, dengan 3 pertandingan pertama di Amerika Selatan). Itu berarti bahwa berdasarkan kebijakan rotasinya, hanya tawaran dari Asia dan Oseania yang dipertimbangkan untuk tahun 2034,” tulis BBC.

Bidding tuan rumah Piala Dunia 2034 sudah dibuka sejak Oktober 2023 lalu. Bersamaan dengan itu, FIFA menunjuk 3 negara Amerika Selatan untuk menjadi pendamping Spanyol, Portugal, dan Maroko, sebagai tuan rumah Piala Dunia 2030.

“Dewan FIFA, yang mewakili seluruh dunia sepak bola, sepakat dengan suara bulat untuk merayakan seratus tahun Piala Dunia FIFA, yang edisi pertamanya dimainkan di Uruguay pada tahun 1930. Oleh karena itu, perayaan akan diadakan di Amerika Selatan dan tiga negara Amerika Selatan - Uruguay, Argentina, dan Paraguay,” kata Infantino, Oktober 2023 lalu dikutip dari laman FIFA.

Arab Saudi kemudian menjadi satu-satunya negara yang melakukan bidding untuk 2034 pada Oktober 2023 lalu hingga tenggat yang telah ditetapkan. Negara minyak tersebut seolah tanpa lawan, lantaran di pihak lain, Australia yang menjadi penantang justru mundur dari proses bidding.

Sementara itu, kontroversi lain tidak saja terkait sistem siklus rotasi. BBC menduga, Infantino memiliki kedekatan dengan Arab Saudi, hingga memuluskan negara itu menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034.

“Negara tersebut menjadi tuan rumah Piala Dunia Antarklub FIFA 2023, dan badan pengelola tersebut memiliki kesepakatan sponsor yang menguntungkan dengan perusahaan minyak milik negara Saudi, Aramco,” tulis BBC.

“Ada juga spekulasi luas bahwa Dana Investasi Publik (PIF) Saudi dapat melakukan investasi besar pada raksasa streaming DAZN yang telah setuju untuk menyiarkan edisi perdana proyek kesayangan Infantino - Piala Dunia Antarklub yang diperluas musim panas mendatang,” tambah BBC.

Terlepas dari hal itu, pihak Arab Saudi menyatakan kesiapannya untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034. Ha itu seperti ditekankan Menteri Olahraga sekaligus Presiden Komite Olimpiade-Paralimpiade Arab Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Turki Al-Faisal.

“Kami akan menjadi tuan rumah Piala Dunia versi terbaik dalam sejarah, dan kami akan mewujudkan impian kami untuk menjadi tuan rumah turnamen ini di tanah kami,” tegas Pangeran Abdulaziz dikutip dari Arab News.